Haruskah Kita Mati
Untuk Hidupkan Cintanya???
Oleh : PuJaNgGa KeCiL
Memang kita tidak akan lepas dengan apa yang dinamakan Cinta, karena kita takkan bisa hidup tanpa Cinta. Bukankah kita lahir ke dunia yang fana ini melalui cinta? Cinta dari kedua orang tua, kita dibesarkan dan diasuh dengan penuh rasa cinta. Bahkan setelah tumbuh besar kita juga disuruh untuk menemui Cinta itu sendiri. Yaitu Cinta yang hakiki, Cinta pada Allah Semata, cinta pada sang Illahi Rabbi.
Terkadang Cinta itu disalah gunakan khususnya oleh para remaja sekarang, seperti apa yang disebut dengan Free sex, atau apa yang lebih dikenal dengan pergaulan bebas.
Timbul pertanyaan bagi kita, Apakah Cinta itu yang sebenarnya?
“Cinta karena Allah….!!!”
jawab seorang muslimah ketika di tanyakan padanya tentang Cinta.
Menurut Pujangga, Cinta itu adalah suatu perasaan yang timbul dari hati yang tak dapat di lukiskan dengan apapun juga dan tidak dapat di dibeli oleh uang dan harta. Itulah Cinta yang sebenarnya.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Cinta yang hakiki itu hanyalah Cinta pada Allah. Hanya Allahlah yang seharusnya kita cintai. Bukankah nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada kita merupakan wujud dari rasa cinta Allah kepada kita?
Di dalam buku (M. Torsina, Cakrawala Cinta, 1996) Joan Terry Garity, berpendapat :
Cinta adalah kejadian di mana Anda terserang kanker payudara, harus menjalani mastectomy, tapi kekasih Anda tetap mengasihi Anda sebanyak seperti semula, dan tidak palsu saat mengucapkan “engkau tetap tercantik untukku.”
Cinta adalah gelombang perasaan raksasa yang menelan habis diri si pecinta. Saat gelombang mendekat mati, gairah hidup si pencinta itu pun akan mati pula.
Cinta adalah kemampuan untuk memaafkan yang tidak termaafkan, tertawa atas humor-humornya, sekalipun Anda telah mendengarnya yang kesekian kalinya, dan berkepentingan atas kebahagiaannya sebanyak yang Anda pentingkan untuk diri Anda.
Cinta adalah sebuah hasrat pasangan untuk dapat memberi Anda sebuah kapal pesiar dan hasrat Anda untuk dapat memberi si dia sebuah kapal terbang – dan ternyata Anda berdua masih puas dan berbahagia menerima sebuah sepeda, karena Anda berdua mampu menikmatinya bersama-sama.
Seorang ahli yang bernama Meneken juga berpendapat, “cinta adalah tingkat kesan mati-rasa.!”
Di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan,” Cintailah olehmu apa yang ada dilangit dan di bumi, harta benda, wanita,pangkat dan jabatan, Asalkan tidak melebihi cintamu pada Allah”
Allah menciptakan kita dengan rupa yang gagah dan cantik. Manusia diciptakan dengan penuh kesempurnaan. Bahkan lebih sempurna dari malaikat sekalipun. Masih kurangkah Cinta Allah kepada kita? Sehingga terkadang kita sering melupakanNya, dengan meninggalkan perintahnya.?
Allah memberikan kita mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk bicara, serta hati, akal dan pikiran untuk membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Tapi pernahkah kita berfikir, barangkali sejenak saja, Kenapa Allah memberikan semua itu kepada kita? Terkadang kita tak menyadari hal itu. Kita hanya menganggap enteng dan menganggap itu suatu hal yang sepele. Bukankah tanpa mata, telinga, mulut, akal pikiran dan nikmat tuhan lainnya, kita takkan dapat melakukan apa-apa? Padahal semua itu diberikan Allah dengan penuh rasa CintaNya kepada kita makhlukNya. Oleh karena itu, pantaskah kita mengecewakan CintaNya?
Para remaja yang sedang dilanda virus-virus Cinta, cinta pada wanita, membuat hatinya meledak-ledak tanpa arah, terkadang membuat ia lupa dengan dirinya sendiri, apalagi dengan orang-orang disekitarnya. Yang terbayang hanya wajah cantik, atau gagah si doi pujaan hatinya itu. Lamunan panjang membuat syetan lebih leluasa untuk melayangkan pikirannya kearah yang negative. Bayangan yang buruk itu membuat ia terbuai dengan lamunannya. Ia menganggap dirinya bagaikan raja dengan sang ratu, baginya orang lainnya hanya dayang-dayang kerajaan yang bekerja untuknya. Begitu parah dan kuatnya virus-virus Cinta itu. Sehingga cinta dapat membutakan hati, akal dan pikirannya .
2 ilmuwan dari University college London telah melakukan penelitian, dari penelitian itu mereka menyimpulkan, dengan Functional Magnetic Resonance Imager (FMRI). Otak yang bertugas pengontrol depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja ketika orang jatuh Cinta.
Tapi pada otak pengontrol intuisi, rasa “ser-seran” bekerja dengan cukup aktif.
Menurut psikiater dan asisten Klinik psikiater di University of California, San Francisco School of Medicine, Dr.Thomas Lewis mengatakan “Cinta itu bukan fungsi Otak, melainkan fungsi saraf ”, dalam bikunya (General Theory of Love)
Sehingga Tak jarang orang yang jatuh cinta melakukan hal-hal bodoh.
Namun bagaimana kalau Cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan???
Apakah yang harus kita lakukan? Setiap hari kita menghabiskan waktu untuk bertemu dengannya. Perjuangan yang panjang telah dilakukan, dan banyak pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan Cintanya. Lelah letih, tak dihiraukan demi pertemuan singkat dengan sang pujaan hati.
Terkadang rasa sakit, tak jadi terasa. Saat seorang anak yang lagi jatuh cinta menolong si doi dari sambetan motor.
“Terima kasih!!!”
kata pendek dari si doi itu dapat menyembuhkan sejenak luka yang merobek kulitnya. Kata – kata itu bagai air segar dari Juliet untuk romeo. Padahal kalau dipikir-pikir, itu hanya kata –kata yang biasa, tidak menggugah hati ! itu hanya kata yang biasa diucapkan untuk orang yang telah menolong.
Namun karena cinta, satu tetesan air saja bagaikan air laut yang luas tiada tepi,
Tentu kita juga pernah merasakan itu juga kan???
bahkan kita sering menganggap kata-kata yang keluar dari mulutnya, merupakan suatu balasan cinta darinya, yang memberikan harapan yang besar pada kita.
Namun bagaimana ketika kita tahu. Semua itu hanya kebohongan belaka…? Semua kebohongan dari mulut manisnya.
Cahaya terang yang pernah ada, lama - kelamaan berubah menjadi gelap, hingga tak tampak satupun jua. Semua harapan punah, hilang sekejap mata. Setelah perjuangan panjang dilakukan, pengorbanan pun tak dihindarkan. Harta, tenaga, pikiran dan bahkan nyawa yang satu sempat jadi taruhan.
Tapi semua yang kita lakukan itu jadi tak berarti setelah mengetahui cinta kita bertepuk sebelah tangan. Ketika hati bertanya kenapa kita tak dapat bersama? Mencoba jalani hidup ini berdua, menghadapi kehidupan yang berliku-liku. Ketika hati bertanya lagi,
Apakah yang kita lakukan selama ini tak berarti baginya?
Apakah yang harus kita lakukan lagi untuk meluluhkan hatinya?
Dan ketika hati kita mulai kecewa, pikiran pun tak lagi di kepala, perlahan hati yang diam mulai angkat bicara, suara keras kecewa darinya tak dapat lagi dihindarkan. Membisikkan ke mulut, seolah menyuruh kita untuk segera meratapinya. Dan kekecewaan itu menimbulkan sebuah pertanyaan hingga tetesan air matapun tak dapat dihindarkan, ”Haruskah kita mati untuk hidupkan Cintanya???”
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar